NABI YA’QUB AS (1837-1690 SM)
Sama dengan kisah sebagian nabi yang lain, Sejarah hidup Nabi
Ya’qub As tidak lepas dari komentar Ahlul Kitab yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Sungguhpun demikian penulis tidak menafikan keshahihan
sebagian cerita Nabi Ya’qub As terutama setelah ia kembali dari negeri Harran
ke kampung halamannya. Menurut ahlul kitab Ya’qub dan Aish adalah putra kembar
dari Nabi Ishaq As. Mereka menghabiskan masa kecil di tanah Kanaan dengan
berseteru satu sama lain. Aish lebih dicintai Nabi Ishaq As sedangkan Ya’qub
lebih dicintai oleh ibunya Rifqa. Persaingan semakin kentara di saat
barakah yang seharusnya digenggam Aish, direbut Ya’qub dengan siasah.
Aish berniat mencelakai Ya’qub sehingga ia terpaksa menyelamatkan dirinya ke
rumah pamannya di negeri Hurran.
Di tanah Hurran Nabi Ya’qub As menambatkan hatinya pada Rahilla
putri pamannya. Dengan penuh semangat ia bekerja dengan penuh pengabdian
selama tujuh tahun lamanya sebagai mahar atas pernikahan yang diimpikan. Masa
penantian yang lama berakhir tawar, ia dijodohkan dengan Layya kakaknya Rahilla
yang tidak rupawan. Pamannya tau kalau keputusan ini mengecewakan, ia memberi
syarat pengabdian tujuh tahun lagi kalau ingin menikah dengan Rahilla. Ibarat
sinetron “Mengejar Soulmate” Ya’qub mengikhlaskan diri untuk mengabdi
tujuh tahun lagi untuk permata hatinya. Ia menikah dengan Rahilla setelah
sewindu kurang setahun berlalu. Layya dan Rahilla sangat mencintai suaminya,
mereka menghadiahkan budak mereka Bilha dan Zilfa untuk dinikahi. Melalui rahim
keempat istrinya lahirlah sebelas orang putra Nabi Ya’qub As. Dua puluh
tahun lamanya Nabi Ya’qub menghabiskan waktu di negeri Hurran sebelum akhirnya
ia kembali ke tanah leluhur.
Aish menyambut kepulangan saudaranya dengan 400 pasukan, tidak
jelas apakah ia masih menyimpan rasa dendam atau hanya salah satu parade
kehormatan menyambut saudaranya. Berbeda dengan Aish, Nabi Ya’qub As merasa
was-was di saat langkahnya semakin mendekati tanah kelahiran. Ini semua mencair
manakala dua saudara ini saling berpelukan. Nabi Ya’qub As menata kembali
kehidupan keluarganya di Negeri Kanaan. Keluarga besar dengan tradisi kenabian
di dalamnya.
Dari sebelas orang putra, Nabi Ya’qub As sangat mencintai Yusuf
dan Bunyamin. Hal ini disebabkan oleh kondisi keduanya yang ditinggal pergi
oleh ibunya Rahilla di saat masih kecil. Hal ini menimbulkan rasa iri di hati
saudara mereka yang lain, mencelakai Yusuf dengan memasukkannya ke dalam sumur.
Nabi Ya’qub As terpisah untuk sekian lama dengan Yusuf. Di tinggal anaknya Nabi
Ya’qub menghabiskan hari-harinya dengan duka yang mendalam. Matanya
menjadi rabun, keluarganya menganggap ia lemah aqal dan keliru karena punya
keyakinan bahwa Nabi Yusuf As masih hidup.
Masa penantian ini berakhir di saat baju gamis Yusuf diletakkan ke
wajahnya. Ia bisa melihat kembali serta menyatakan bahwa keyakinannya tentang
Yusuf merupakan sebuah kebenaran. Kisah selanjutnya menyebutkan pertemuan yang
mengharukan ketika Nabi Ya’qub As bertemu dengan anaknya di Mesir. Sebagai
salah seorang pembesar kerajaan Nabi Yusuf As memuliakan ibu-bapaknya dengan
mempersilahkan mereka untuk naik ke singgasana. Mereka membalas dengan
merebahkan diri dan bersujud di hadapan nabi Yusuf As.
Menurut Ahlul Kitab Nabi Ya’qub As menghabiskan waktu 16 tahun
lamanya di Negeri Mesir. Ketika wafat Ia dibawa dari Mesir ke Kanaan untuk
dikuburkan di samping ayah dan kakeknya Nabi Ibrahim As
Post a Comment for "NABI YA’QUB AS (1837-1690 SM)"