NABI NUH AS
Nabi
Nuh As berumur 950 tahun, namun tidak jelas apakah tahun qamariah atau tahun
syamsyiah
Nabi
Nuh As diutus kepada Banu Rasib, suatu kaum yang diperkirakan tinggal di tanah
genting bagian hilir sungai Tigris-Eufrat Kota Tell Fara Negara Irak saat ini.
Mereka tersebar hingga kewilayah Armenia dibagaian utara dan wilayah Arab.
Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai struktur sosial bani Rasib
tersebut.Tapi berdasarkan penelitian arkheologi terhadap puing-puing di bawah
endapan lumpur banjir-deluge-besar, dapat disimpulkan bahwa mereka adalah
masyarakat yang hidup pada periode Ubaid (Bangsa Sumeria I) dengan Ubara-Tutu
sebagai penguasa terakhir sebelum banjir. Banjir besar ini pula yang menjadi
penyebab kehancuran peradaban Sumeria I. Perlu kita catat kondisi geografi
Tigris-Eufrat, dan tanah genting di selatan Irak sekarang berbeda dengan kondisi
geografi millenium ketiga sebelum masehi.
Peradaban
pada periode Ubaid sedang mengalami masa kejayaan di saat Nabi Nuh As
diutus. Ini menjadi salah satu alasan
bagi mereka untuk menolak da’wah nabi mereka. Mereka menganggap nabi Nuh As
hanya manusia biasa tak bekelas seperti mereka yang mengejar kemuliaan dan
sensasi. Bahkan ia dikatakan sebagai lelaki yang sudah gila. Mereka mengingkari
Allah SWT, mendustakan hari akhirat serta hidup berfoya-foya. Mereka menyembah
berhala Wad, Suwa, Yaguts, Yauq dan Nashr. Setelah sekian lama berda’wah hanya
sebagian kecil dari mereka yang mau mengikuti ajaran yang ia sampaikan.
Diputuskanlah azab kepada mereka atas apa yang telah mereka perbuat. Dalam
catatan lain disebutkan bahwa raja yang berkuasa atas tanah Mesopotamia pada
Masa Nabi Nuh As adalah Darmasel yang medapat sugesti untuk membunuh sang nabi
dan membakar kapalnya. Sugesti tersebut datang dari penguasa mesir.
Nabi
Nuh As segera mempersiapkan sebuah kapal dengan panjang 1019 kaki dan lebar 118
kaki. Kapal ini diperkirakan berukuran sepertiga Kapal Queen Mary Setelah proses finishing
Nabi Nuh segera memuat binatang, masing-masing dua ekor jantan dan betina.
Terbukalah pintu langin dengan curah hujan yang sangat lebat. Bukannya menyerap
siraman air hujan, bumi membalas dengan memuncratkan air yang dikandungnya.
Kedua air tersebut bergerak seirama memenuhi titah dari Allah. Mengisi
relung-relung kosong dipermukaan bumi; meluap menutupi semuanya. Semua yang
ingkar kepada Allah ditenggelamkan termasuk Kan’an putra Nabi Nuh. Kapal
berlayar dengan ucapan segala puji bagi Allah atas keselamatan yang telah
diberikan kepada seluruh penumpang.
Di
saat bumi telah sunyi dari kekufuran dan hanya dihuni oleh orang yang selalu
dalam ketaatan, maka air dari langit berhenti dengan perintah dari Allah SWT.
Ngarai
mulai nampak, gunung terlihat puncak, matahari terlihat beranjak menandai kehidupan baru telah mulai.
Bahtera perkasa berlabuh di Gunung Judi, sebuah gunung yang sekarang bernama
Ararat yang terbentang antara Armenia dan Iraq dengan ke tinggian 1400 M dpl.
Seluruh makhluk hidup secara teratur meninggalkan bahtera. Berusaha menghindar
dari air berlumpur yang masih menghiasi permukaan bumi. Bertahan dengan
perbekalan yang tersisa dengan berusaha keluar dari segala kesulitan.
Nabi
Nuh As membangun kota Suuq Tsamani (Kota Delapan Puluh) yang sekarang terletak
di Jazirah Umar. Setelah itu Nabi Nuh As kembali membangun sebuah kota yang
kemudian terkenal dengan kota Naxuana. Sebagian mereka mencari nuansa yang
berbeda dengan bermigrasi ke wilayah lain yang lebih mendukung kondisi
perekonomian mereka. Bangsa-bangsa dengan corak karakteristik baru bermunculan
terutama di sepanjang dua sisi sungai Tigris-Eufrat serta Delta-subur- Sungai
Nil. Para ahli sepakat bahwa moyang dari seluruh bangsa yang ada kembali kepada
putra Nabi Nuh As yaitu : Sam, Ham dan Yafits.
Post a Comment for "NABI NUH AS"