Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengembangan Kurikulum

Latar Belakang Masalah.

 

Pendidikan adalah sebuah proses yang dinamis dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang dulunya dianggap paling modern, maju dalam dunia pendidikan sekarang menjadi hal yang usang yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Dulu menulis dengan kapur tulis merupakan hal yang maju, tetapi sekarang kita sangat susah menemukan sepotong kapur di sebuah lembaga pendidikan; blackboard telah diganti dengan white board. Selain sarana prasarana perubahan mendasar juga terjadi dalam aspek lain seperti kurikulum yang selalu berubah.

Perubahan kurikulum atau tepatnya diistilahkan dengan pengembangan kurikulum merupakan sebuah kemutlakan dalam dunia pendidikan. Hal ini penting untuk menyesuaikan lulusan sebuah lembaga pendidikan dengan dunia nyata yang akan dihadapi oleh lulusan tersebut. Pengembangan ini bukan berarti kurikulum sebelumnya salah atau tidak benar tetapi lebih kepada update supaya kurikulum selalu “segar” sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara kurikulum dengan dunia nyata. Selain itu kita juga mengenal istilah pengembangan kurikulum dalam bentuk penyesuaian dengan kearifan lokal. Misalnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia yang saat ini umumnya menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013. Namun ada materi ajar atau mata pelajaran di lembaga pendidikan tersebut yang mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan wilayah tempat di mana sekolah itu berada, misalnya bahasa, kerajinan tangan suatu daerah dan lain sebagainya.

Pengertian Pengembangan Kurikulum

 Sebelum kita melihat pengertian pengembangan kurikulum  maka kita harus melihat terlebih dahulu pengertian kurikulum itu sendiri. Sangat banyak pengertian kurikulum yang ditawarkan para ahli, definisi tersebut bersifat operasional dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum. Namun pengertian yang diajukan oleh para ahli masih terpenggal atau tidak lengkap. Ada ahli yang mengemukan kurikulum dalam konteks tujuan, ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana tertulis, pengalaman nyata peserta didik dengan bimbingan sekolah. Definisi yang ada di atas hanya berkenaan dengan satu dimensi dari kurikulum. Padahal ada tiga dimensi ide, dokumen tertulis dan dimensi implementasi.[1]

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah: ”seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Definisi-definisi di atas melahirkan sebuah penafsiran bahwa sebuah kurikulum bersifat dinamis, berubah dan bisa dikembangkan ke arah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan zaman.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah suatu proses mengarahkan kurikulum sekarang ketujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan peserta didik dapat menghadapi masa yag lebih baik, dengan memperhatikan niali antisipatif, adaptif dan aplikatif.[2] Para ahli semisal Schwabs merekomendasikan agar desain kurikulum dikembangkan ke arah yang ditetapkan oleh ilmu terapan artinya misalnya keterkaitan antara kurikulum dengan program pengembangan bisnis, industry dan angkatan bersenjata.[3] Hal tersebut tentunya bukan sebuah kemutlakan karena pendidikan tidak hanya menekankan pada dunia kerja tetapi juga pada moral dan akhlaq manusia.

Dalam pengembangan kurikulum ada tiga relevansi yang harus diperhaikan; pertama relevansi epistimologi yang terkait dengan kesesuaian suatu proses pembelajaran yang memungkinkan berkembangnya kemampuan melakukan penelitian atau kajian, menguasai cara untuk mengetahui. Kedua relevansi psikologi terkait dengan kesesuain suatu proses pembelajaran yang memungkinkan berkembangnya kaemampuan memecahkan masalah. Ketiga relevansi moral dan sosial terkait dengan proses dan suasana pembelajaran yang dapat mengembangkan dan menanamkan sikap dan nilai yang sesuai dengan harapan masyarakat di mana sebuah lembaga pendidikan berada.[4] 

Sumber dan Landasan Pengembangan Kurikulum.

 Dari beberapa kajian pengembangan kurikulum, ada beberapa sumber inti penyusunan kurikulum. Sumber pengembangan kurikulum pertama bertolak dari pekerjaan dan kehidupan orang dewasa. Hal ini mengacu kepada sebuah kondisi di mana anak dipersiapkan menjadi manusia-manusia dewasa. Sehingga kehidupan mereka menjadi acuan dalam pengembangan sebuah kurikulum. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perluasan sumber dalam pengembangan kurikulum di mana sebuah kebudayaan merupakan isi dari sebuah kebudayaan. Sumber lain dalam pengembangan kurikulum adalah anak. Dalam kontek ini kurikulum harus mengandung item mengenai kebutuhan siswa, perkembangan siswa dan minat siswa. Beberapa pengembang lain menjadikan pengalaman-pengalaman pengembangan kurikulum terdahulu menjadi sumber pengembangan kurikulum sekarang.[5]

             Setidaknya ada 5 landasan dalam pengembangan kurikulum; yaitu:

  1. Landasan Agama, Agama dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum karena pendidikan harus sesuai dengan tujuan agama.  Sebagian isi kurikulum harus diarahkan untuk mendekatkan diri seoarang hamba kepada tuhannya.
  2. Landasan legal formal, di mana pengembangan kurikulum harus mengacu kepada peraturan yang berlaku.
  3. Landasan filosofis

Konsep pemikiran tidak lepas dari teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli filsafat. Pendidikan tidak lepas dari konsep positivisme, kovergensi, naturalisme dan lainya; oleh karena itu pengembangan kurikulum harus berdasarkan kepada nilai-nilai filosofis.

  1. Landasan psikologis

Pendidikan diarahkan untuk mengembankan peserta didik yang di dalam tubuh mereka terdapat atribut psiklogi seperti sikap, motivasi kemampuan kognisi dan sebagainya. Perkembangan ini harus menjadi landasan pengembangan sebuah kurikulum.

  1. Landasan sosial budaya

Pendidikan tidak berlangsung di ruang hampa, tetapi terkait erat dengan kehidupan sosial budaya. Peserta didik datang dari berbagai latar sosial budaya dan nantinya akan berinteraksi dalam lingkungan sosial budaya. Maka sudah seharusnya sosial kebudayaan dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum. 

  1. Landasan ilmu dan teknologi     

Pendidikan tidak hanya mencetak manusia bermoral tetapi diarahkan untuk melahirkan tenaga  ahli yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kurikulum harus mengacu kepada ilmu dan teknologi, artinya ketika ilmu dan teknologi  berkembang kurikulum juga dikembangkan supaya sesuai.[6]

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum.

Beauchamp sebagaimana dikutip oleh Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI mengatakan bahwa pengembangan kurikulum harus mengacu pada 5 prinsip yaitu:

a.         Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya.

b.        Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber pangkal tolaknya.

c.         Setiap teori kurikulum perlu penjelasan karakteristik dari desain kurikulum.

d.        Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut

e.         Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses penyempurnaan.[7]

Selain 5 prinsip yang tersebut di atas ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum yaitu:

  1. Relevansi. Kurikulum harus relevan dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan perkembangan masyarakat.
  2. Fleksibilitas. Kurikulum harus memenuhi keragaman latar belakang potensi, kekuatan minat dan kebutuhan lulusan.
  3. Efektivitas. Penerapan kurikulum harus sesuai dengan rancangan, sesuai dengan harapan semua pihak.
  4. Efisiensi. Kurikulum harus dirancang dan dijalankan secara optimal.[8]

Menurut Permendikbud nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi pengembangan kurikulum sekolah harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan.
  2. Beragam dan terpadu.
  3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
  4. Relevan dengan kebutuhan hidup
  5. Menyeluruh dan berkesinambungan
  6. Belajar sepanjang hayat
  7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum

Dalam mengembangkan kurikulum ada sejumlah tahap yang harus dilalui. Tahap-tahap tersebut dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

 

Tahap

Tindakan

Permulaan

     Peluncuran Penelitian

Perencanaan

     Analisis Situasi

     Merumuskan Tujuan

     Menentukan Kriteria untuk Penyeleksian dan Pengklasifikasian Materi

     Perencanaan desain eksperimen

Pengembangan

     Penyeleksian dan pengelompokan isi pembelajaran dan Merevisi Tujuan

     Menyusun Garis-Garis Besar Pedoman Pembelajaran

     Menyiapkan Materi Pembelajaran

     Pengembangan Materi Pembelajaran

     Pengembangan Mekanisme Evaluasi

Tes

     Koreksi dari Para Ahli untuk Evaluasi

     Persiapan Guru untuk tugas Pembelajaran

     Pembelajaran

     Evaluasi Formatif

     Peninjauan-Pemeriksaan

Penerapan

     Perencanaan Isi Pembelajaran

     Sosialisasi

     Penataran Guru

     Pembelajaran

Evaluasi Sumativ

     Program Evaluasi Akhir[9]

 

 



[1]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis, (Bandung: IMTIMA, 2007),  hal. 33.

[2]Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 84

[3]Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 1995), hal. 56

[4]Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), hal. 143.

[5]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Praktis, (Bandung: IMTIMA, 2007),  hal. 99.

[6]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi... I, hal 100-108

[7]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi…I, hal. 101

[8]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi…I, hal. 109-110

[9]Arend E Cardl, Teacher Empowerment through Curriculum Development, (Juta and Company: Cape Town, 2009),  hal. 38  

Post a Comment for "Pengembangan Kurikulum"