Fazlurrahman: Pembaharuan Pendidikan Islam
Fazlurrahman adalah pemikir dan cendikiawan Pakistan-Amerika. Ia merupakan tokoh paling berani dengan ide-ide baru yang disuarakan untuk mereformasi pemikiran Islam pada abad kedua puluh. Ia menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber materi dalam diskusi dengan pendekatan inovatif dalam proses interpretasi Al-Qur’an.[1]Ia lahir dan dibesarkan di distrik Hazara wilayah Punjab bagian utara Pakistan dan dididik di bawah bimbingan ayahnya Mawlana Shihab Ad-Din, dengan dua tradisi pendidikan yaitu: tradisi Deobandi dan tradisi pendidikan Barat.[2]Fazlurrahman mempelajari teks skolastik tradisional muslim yang ditampilkan dalam kurikulum Nizami dengan disiplin ilmu: hukum (fikih), teologi dialektis (kalam), tradisi kenabian (hadits), qur'an (tafsir), logika (mantiq) dan filsafat. Pada tahun 1946 ia pergi ke Oxford untuk bergabung dengan Profesor Simon van de Bergh dan empat tahun kemudian ia mulai mengajar mata kuliah literatur Islam-Persia di Universitas Durham. Delapan tahun kemudian ia meninggalkan Inggris dan pindah ke Kanada untuk mengajar di Institut Studi Islam di Universitas McGill Montreal.[3]
Rahman kembali ke India pada tahun 1962 untuk bergabung dengan Central Institute of Islamic Research Pakistan dan dipercaya untuk memimpin institusi ini. Tugas lain yang diembankan oleh Rahman adalah anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam.[4] Lembaga ini berfungsi membuat dan mengajukan rekomendasi kepada pemerintah dalam penyusunan undang-undang yang memungkinkan umat Islam mengamalkan ajaran agama serta mengoreksi sejumlah peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan hukum Islam.[5]
Melalui Institute of Islamic Research, Rahman mempublikasikan berbagai hasil penelitian keislaman dan artikel berisi penafsiran terhadap nilai-nilai Islam dalam konteks dunia modern. Ia mengidentifikasi masalah yang dihadapi umat Islam yang bertujuan untuk mengembangkan metodologi penelitian dalam ranah keilmuan Islam. Melalui lembaga ini ia mempublikasikan beberapa jurnal penelitian, seperti al-Dirasah al-Islamiyah yang berbahasa Arab, Fikr on-Nazar dalam bahasa Urdu dan Islamic Studies dalam bahasa Inggris. Jurnal ini diterbitkan secara tetap dan bertahan selama tiga dekade. Dalam perjalanan sejarah institut ini telah mempulikasikan ratusan hasil penelitian, monograf dan terjemahan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Selain itu lembaga ini juga bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan lain di Pakistan dan luar negeri untuk mempromosikan berbagai macam beasiswa. Melaksanakan kegiatan-kegiatan keilmuan dalam bentuk seminar dan lokakarya untuk membantu umat memahami Islam secara lebih mendalam.[6]
Kondisi politik yang tidak stabil karena pergantian kekuasaan pada akhir tahun 1960an menempatkan Rahman sebagai sosok yang “diincar” oleh kelompok ekstrim fanatis penentang gagasan modernisasi. Hal ini mendorong Rahman untuk bermigrasi ke Amerika Serikat, setelah mendapat tawaran mengajar di Universitas California, Los Angeles pada tahun 1968. Setahun kemudian ia diangkat sebagai profesor pemikiran Islam di Universitas Chicago.[7] Selain di kedua universitas tersebut Rahman juga mengajar di Universitas Oxford dan menjadi professor Filsafat Islam-Persia di Universitas itu. Ia juga tercatat sebagai staf pengajar di Universitas McGill dan Universitas Chicago.[8]
Sejak bergabung dengan Central Institute of Islamic Research, Rahman selalu mengeluarkan gagasan yang mengkritik tradisi intelektual klasik yang ia temukan di dunia Islam, di mana tradisi intelektual klasik mengabaikan semangat dan moral dalam pengkajian. Ia melihat bahwa metodelogi yang selama ini menjadi acuan menghalangi umat Islam dalam menginterpretasi Al-Qur’an secara sempurna.[9] Mufasirin pada masa klasik dan abad pertengahan sebenarnya telah mengenal landasan serta metode dalam penafsiran Al-Qur’an, yang disebut dengan ushul al-tafsir. Perumusan ushul al-tafsir memberi kemudahan yang besar untuk memahami Al-Qur’an terutama dalam masalah gaya bahasa, idiom, dan majas. Namun demikian Rahman berpendapat bahwa dibutuhkan teori hermeneutik untuk membantu memahami makna Al-Qur'an secara keseluruhan sehingga bagian teologis dan etika menjadi suatu kesatuan yang utuh.[10]
Rahman mendefinisikan kembali nilai-nilai Islam, sesuai dengan kondisi modern saat ini. Ia berusaha untuk membangun peran akal dalam pemikiran keagamaan.[11] Rahman menulis beberapa buku penting yang menguraikan gagasannya yang menyangkut penafsiran dan evaluasi terhadap sumber tekstual Islam, di antaranya Islam (1979), Major Themes of the Qur’an (1980) serta Islam and Modernity (1982).[12]
[1]Abdullah Saeed,”
Fazlur Rahman:
a Framework for Interpreting the Ethico-Legal Content of the Qur’an”, dalam Modern
Muslim Intellectuals and the Qur’an, ed. Suha Taji-Farouqi (London: Oxford University Press, 2004), hal. 37.
[2]Mark Juergensmeyer dan Wade Clark Roof,
Encyclopedia of Global Religion (London: SAGE
Publication, 2012),
hal. 1049.
[3]Gerhard Bowering ed.,
The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought (Oxfordshire:
Princeton University Press, 2013), hal. 458.
[4]Ibrahim Kalin, The
Oxford Encyclopedia of Philosophy, Science, and Technology in Islam (Oxford: Oxford University Press, 2014), hal. 178.
[5]John L. Esposito, Islam
and Politics (New York: Syracuse University Press, 1984), hal. 121.
[6]Muhammad Umer
Chapra, Islam Economic Development: A Strategy for Development with Justice
and Stability (Islamabad:
IIIT, 1993),
hal. 101.
[7]Frederick M. Denny,
“The Legacy of Fazlur Rahman” dalam The Muslims of America, Yvonne
Yazbeck
Haddad (Oxford: Oxford University Press,
1991), hal. 98.
[8]Sara J. Cheba dan
Marvin R. Whitaker. Jr, “The Intellectual Contributions of American Muslim
Scholars”, dalam The Oxford Handbook of American Islam, ed. Yvonne Yazbeck
Haddad dan Jane I Smith (New York: Oxford
University Press, 2014),
hal. 342.
[9]Aaron W. Hughes,
Muslim Identities: An Introduction to Islam (New York: Colombia University Press, 2013), hal. 244.
[10]Oliver Leaman, The
Biographical Encyclopedia of Islamic Philosophy (London: Bloombury, 2006), hal. 399.
[11]Richard C. Martin,
Mark Woodward dan Dwi S. Atmaja, Defender of Reason in Islam: Mu’tazililism
from Medieval School to Modern (London: Oneworld,
1997),
hal. 201.
[12]Roberto Tottoli, Routledge Handbook of Islam in the West (New York: Routledge, 2015), hal. 399.
Post a Comment for "Fazlurrahman: Pembaharuan Pendidikan Islam"