Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Syed Ahmad Khan: Pembaharuan Pendidikan Islam

 Syed Ahmad Khan: Pembaharuan Pendidikan Islam

Syed Ahmad Khan lahir di Delhi pada tanggal 17 Oktober 1817 M.[1] Ia dinyatakan sebagai salah satu keturunan Nabi Muhammad saw.[2] Leluhurnya mempunyai hubungan erat dengan keluarga istana. Kakek dari pihak ibunya Khwaja Fariduddin merupakan pembantu wazir dewan pada masa Akbar II. Kakek dari pihak ayahnya Syed Hadi menjabat sebagai   bangsawan  berposisi tinggi dalam pemerintahan dengan gelar jawwad ali pada dewan sultan Alamgir II. Ayah Syed Mir Muhammad Muttaqi merupakan penasehat pribadi Akbar II.[3]

Ahmad Khan dididik oleh ibunya dengan bijaksana dan cultur yang penuh tata krama. Ia diberkahi dengan kecerdasan luar biasa, energik, tak kenal lelah dan menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin. Ia seorang penulis produktif dalam berbagai disiplin ilmu meliputi bidang agama, pendidikan, politik, sejarah dan arkeologi. Karya-karyanya dikagumi karena pembahasan yang mendalam dan hasil penalaran imajinatif, bukan saduran atau pendapat orang lain.[4] Tidak diketahui dengan pasti apakah ia mendapat pendidikan formal di perguruan tinggi. Namun ia pernah mendapatkan gelar kehormatan dari Universitas Edinburgh.[5]

Pada tahun 1830an Inggris mengambil kebijakan menggantikan tradisi Persia dengan cultur Inggris pada lembaga pemerintahan. Demikian juga dengan bahasa, Inggris memaklumkan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi negara. Kondisi ini menimbulkan ke khawatiran mendalam di tengah masyarakat muslim India. Ahmad Khan memandang bahwa masyarakat harus menguasai bahasa Inggris dan ilmu pengetahuan modern, bila ingin mempertahankan pengaruh mereka dalam bidang sosial-politik, khususnya di India Utara. Ia mulai mempersiapkan sebuah rancangan untuk mendirikan lembaga pendidikan dasar yang lulusannya diharapkan menjadi mahasiswa di universitas Islam.[6]

Pada tahun 1864 ia mendirikan sebuah sekolah bahasa Inggris di Ghazipur. Setahun kemudian ia mendirikan The Scientific Society of Aligarh, yang bertujuan untuk menerjemahkan buku-buku bahasa Inggris dalam berbagai disiplin ilmu ke dalam bahasa Urdu. Dia juga mengadakan Muhammedan Educational Conference sebagai forum umum untuk menyebarkan ide-ide barat di kalangan masyarakat muslim.[7] Ahmad Khan juga mendirikan Gerakan Aligarh, sebuah gerakan yang menggunakan penalaran liberal dalam menafsirkan Al-Qur’an. Organisasi ini menjadi pusat kegiatan umat Islam baik dalam lapangan  politik maupun sosial. Melalui  organisasi ini ia berkeinginan untuk mengubah pola pikir umat Islam yang terbelakang dan tradisional. Ia mendirikan sekolah Inggris menengah untuk pelajar muslim di Aligarh. Sekolah ini kemudian diubah menjadi MAOC (Muhammedan Aglo Oriental College) pada tahun 1877.[8]

MAOC Aligarh memainkan peran penting untuk membangkitkan semangat keilmuan ummat Islam. Sebagai tokoh utama, Ahmad Khan terkenal dengan sikap tolerannya dengan berbagai komunitas terutama dengan masyarakat Hindu. Ia menggambarkan orang Hindu dan Muslim sebagai sepasang pengantin India.[9] MAOC dirancang untuk melakukan rekonsiliasi pembelajaran barat modern dan memberi beasiswa kepada pelajar Islam. Menjadi lembaga pendidikan Islam terkemuka utara India dan mendidik para pendiri liga muslim serta negara Pakistan.[10]MAOC berkembang dengan cepat menjadi contoh pendidikan liberal di India utara. Lembaga ini didanai oleh pemerintah dan pihak swasta, dengan sistem pendidikan yang menggabungkan pola sekolah umum di Inggris, seperti Universitas Oxford dan Cambridge dengan model pendidikan berciri khas Islam. Para pelajar diawasi secara ketat dan diwajibkan untuk menunaikan shalat ketika berada di lingkungan sekolah. Keluarga istana, baik pangeran dari Hyderabad dan Bhopal menjadi kontributor utama pengembangan lembaga ini. Perguruan tinggi ini juga mendapat dukungan dan dorongan perwira-perwira Inggris seperti Sir Lytton dan Sir John Strachey. Ini adalah prestasi yang luar biasa pada saat muslim konservatif mengkritik keras usaha-usaha melepaskan diri dari pola pendidikan tradisional, yang berpusat pada teologi. Sangat membantu pada saat konsep pendidikan yang ditawarkan  Sir Syed ditentang oleh sebagian kalangan.[11]

Sikap kontra yang ditunjukkan oleh ulama konservatif tidak ditanggapi secara berlebihan oleh Ahmad. Ia menghadapi tuduhan ini dengan pendapat  bahwa pendidikan Barat tidak bertentangan dengan iman dan Islam. Bahkan, itu adalah tugas seorang muslim untuk mengambil kembali pengetahuan dari mereka karena pada dasarnya pengetahuan itu datang dari dunia Islam. Sir Syed berusaha menulis kembali penafsiran baru terhadap Al-Qur’an untuk mendukung teori-teorinya. Dia menyatakan bahwa pengetahuan Barat adalah satu-satunya sarana yang paling cocok bagi umat Islam untuk bangkit dan melepaskan diri dari bangsa penjajah.[12]



[1]Misra, Hind Swaraj: Gandhi’s Challenge to Modern Civilization (New Delhi: Ashok Kumar Mittal, 2007), hal. 174.

[2]Tim Mittal, The Indian Nation Builders Vol 3 (New Delhi: Mittal Publication, 1989), hal. 202.

[3]Nikhat Ekbal, Great Muslims of Undivided India (Delhi: Kalpaz Publications, 2009), hal. 116.

[4]BR Sinha,  Education and Development (New Delhi, Sarup & Sons, 2003), hal. 211.

[5]Marcus Braybrooke, Beacons of the Light: One Hundred People who Have Shape the Spritual History of Humankind  (UK: O Books, 2009), hal. 456.

[6]Vipur, Anuradha dan Jasmine, Longman Vistas Social Science 8 (New Delhi: Dorling Kindersley, 2010), hal. 51.

[7]S.N. Sen, History Modern India (Delhi: NAI Publishers, 2006), hal. 152-153.

[8]N. Jayapalan, Social and Cultural History of India Since 1556 (New Delhi: Atlantic Publisher,  2000), hal. 133.

[9]N. Jayapalan, History of India:  From National Movement  to Present Day Vol. IV (New Delhi: Atlantic Publisher, 2001), hal. 141.

[10]John Bowman, Columbia Chronologies of Asian History and Culture (New York: Columbia University Press, 2000), hal. 350.

[11]Carol Summerfield dan Mary Elizabeth Devine, International Dictionary of University Histories (Chicago: Fitzroy Dearborn Publishers, 1998), hal. 18.

[12]Leah Renold, “Fundamentalism” dalam Collateral Language, ed. John Collins and Ross Glover (New York: New York University Press, 2002), hal. 101.

Post a Comment for " Syed Ahmad Khan: Pembaharuan Pendidikan Islam"